BULAKSUMUR—Dua hari dalam seminggu Anjar Windarsih biasa mengajar di TPA Miftahul Falah, di daerah Pajangan, Bantul tempat ia bermukim. Ada sekitar 40 murid di TPA itu, kalau ramadan jumlahnya bisa bertambah jadi 50.
Mengajar mengaji menjadi tugas utamanya, selain itu ia juga menyelipkan materi tentang kesehatan. Misalnya, cara mencuci tangan dan menjaga kebersihan rumah serta lingkungan.
Kamis lalu (19/07/2018) seharusnya ia mengajar TPA. Namun hari itu kelas diganti di lain hari. Alasannya, sang guru TPA ini harus mengikuti prosesi wisuda jenjang masternya di Magister Farmasi SainTek. Hari itu, ia jadi wisudawan terbaik di programnya dengan Indeks Prestasi Kumulatif 4.00 dengan masa studi 1 tahun 10 bulan 13 hari.
Anjar—begitu ia biasa disapa—mengajar di TPA sejak lulus SMP pada 2008. TPA diadakan tiap sore di hari Minggu dan Kamis, bisa juga hari Selasa. “Kamis atau Selasanya tergantung saya lagi ada pekerjaan sampai sore atau tidak,” terangnya.
Sejak itu ia akrab dengan kelakuan berbagai macam anak didiknya. Mulai dari yang nakal, hingga yang sering nangis karena dinakali. Muridnya yang laki-laki sering kali ketika saatnya mengaji malah asik sepedaan.
“Ya itu lah susah dikasih tahu, susah diatur. Tapi ya gak apa-apa sih memang harus sabar,” tutur perempuan yang juga hobi sepedaan ini.
Meski demikian, ia tak pernah menganggap kegiatannya di TPA itu sebagai beban. Malah ia menjadikannya sebagai tempat melepas lelah dari hiruk-pikuk penelitian di kampus. Anjar merasa gembira setiap bertemu anak-anak didiknya.
Penelitiannya pun jalan terus hingga ia mendapatkan gelar master Kamis lalu. Ia menggarap tesis dengan judul “Application of TLC anf 1H-NMR Spectra Based Metabolite Fingerprinting Combined with Chemometrics as An Integrated Study for The Authentication of Curcuma Longa”.
Ringkasnya, ia melakukan uji autentikasi rimpang kunyit dengan memadukan metode instrumentasi NMR dan TLC dengan kemomatrika. Pemaduan dua metode tersebut memungkinkan pengujian autentikasi dengan sampel crude extract semisal serbuk jamu. Artinya tidak perlu dilakukan banyak isolasi atau pemurnian sampel.
Penelitian Anjar ini berguna di bidang farmasi untuk mempermudah kontrol kualitas sebuah produk. Bisa juga untuk menganalisis keaslian bahan pada suatu produk, bisa jamu sasetan atau obat-obat herbal.
Tekuni Kimia Farmasi
Ketertarikan Anjar terhadap kimia farmasi dan kimia analisis dimulai sejak S1. Kuliahnya yang mengasyikkan adalah alasan ia menekuni bidang tersebut. Ia juga terinspirasi dengan dosen pembimbingnya Dr. Abdul Rohman, S.F., M.Si., Apt. yang kerap mendorongnya untuk melakukan penelitian kimia farmasi.
Skripsinya sendiri berjudul “Aplikasi Metode Spektroskopi Inframerah yang Dikombinasikan Dengan Kemometrika Untuk Autentikasi Minyak Buah Alpukat (persea Americana Mill)”.
Kisah Anjar mengakrabi dunia kimia farmasi tak melulu sebuah kisah yang menyenangkan. Ia pernah mengalami kisah “konyol” yang membuatnya malu. Kisah ini terjadi saat praktikum di semester awal-awal ia kuliah.
Ceritanya begini, Anjar tergabung dalam kelompok yang beranggotakan 6 praktikan. Sebelum praktikum, tiap anggota kelompok diberi tugas membuat resume, mulai dari bahan hingga cara kerja.
Tibalah waktu praktikum, Anjar diharuskan menimbang bahan untuk analisis. Saat menimbang ia mulai curiga karena takaran bahan yang menurutnya tidak wajar. Namun ia bergeming dan tetap mengikuti cara kerja yang sudah dibuat kelompoknya.
Setelah mulai analisis ternyata campuran tak kunjung menampakkan hasil yang diinginkan. Hal tersebut menarik perhatian dosen pembimbing praktikum. Dari penjelasan dosen, diketahui bahwa Anjar dan kawan-kawan salah menakar bahan.
Celakanya, bahan yang digunakan tergolong bahan yang mahal. Kelompok Anjar diharuskan membayar ganti rugi karena dianggap melakukan pemborosan. “Sampai habis satu jutaan lebih. Akhirnya dibantu teman-teman sekelas itu. Gak ngaruh ke nilai sih soalnya yang penting sudah tahu salahnya apa. Intinya menyadari salahnya apa dan harus lebih hati-hati. Tapi kan malu ya,” lanjut penerima beasiswa LPDP ini.
Apoteker Peneliti
Bagi Anjar farmasi merupakan dunia yang luas dan menarik dieksplorasi. Ia sendiri ingin menjadi apoteker peneliti yang mengembangkan metode analisis. Meski hal tersebut bisa membuatnya tidak terlihat pekerjaannya oleh masyarakat awam, baginya tak masalah. Di balik layar, peneliti juga bisa berkontribusi banyak untuk industri dan masyarakat.
Tak berarti Anjar antipati dengan masalah kesehatan di sekitarnya. Di kampungnya ia kadang jadi rujukan mengenai masalah-masalah kesehatan yang dialami tetangganya. Ia kerap ditanyai tentang obat ini dan itu.
“Misalnya di Masjid itu biasa pas pengajian didatengi simbah-simbah, ditanyai kok kemarin gini ya pegel-pegel, otomatis kan harus dijawab. Harus banyak tahu, dikenal sekampung (jadi apoteker-red) soalnya,” tuturnya.
Ke depan, anak terakhir dari ketiga bersaudara ini berencana melamar menjadi dosen lalu menempuh studi doktoral. Ketika terkabul cita-citanya menjadi dosen ia berkeinginan masih bisa tetap mengajar TPA. Bagi Anjar, menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak sejak dini adalah suatu hal yang penting.
“Jangan sampai ilang lah (TPA-red) ini kan juga tempat mereka berkumpul, ketemu dengan orang lain. Sambil belajar ngaji,” harapnya.
Kedua orangtuanya selalu berpesan kepada Anjar agar selalu berbuat baik kepada orang lain. Selain pesan tersebut, kerja keras, doa dan senyuman adalah modal baginya untuk mencapai suatu keinginan. Ia juga berprinsip menjalani hidup dengan sederhana. Di media sosial Anjar kerap menuliskan prinsip tersebut dengan “Simple but beautiful”.
“Itu sebenarnya dulu terinspirasi pokoknya hidup itu simple aja gak usah bermewah-mewah. Simple tapi tetap fokus dan kerja keras tadi. Nanti pasti indah pada waktunya,” pungkasnya.[Fajrin]
Sumber : Portal Kagama